Information & Tips
Slow Living, Tren Kehidupan Sadar Waktu yang Semakin Digandrungi Usia 30-an
22 July 2025
![]()
Lebih dari separuh orang dewasa usia 30-an merasa kewalahan karena hidup terasa terlalu cepat, tidak hanya akibat pekerjaan, tapi juga karena paparan digital yang serba cepat. Tak heran, jika tren slow living mulai ramai dibicarakan karena banyak yang merasa relevan dengannya.
Slow living bukan soal pindah ke desa atau hidup tanpa teknologi sama sekali. Namun ini adalah tentang merancang rutinitas harian yang memiliki ritme lebih lambat, lebih sadar, lebih seimbang, cenderung memilih kualitas dibanding kuantitas, dan lebih mengutamakan makna guna menemukan kedamaian dan kebahagiaan dalam hidup.
Dari “Always On” ke Kehidupan yang Lebih Sadar
Menurut survei Talker Research (2025), sebanyak 68% responden menyatakan tertarik menjalani gaya hidup yang lebih sederhana. Dari mereka yang sudah mencobanya, mayoritas merasakan dampak positif seperti merasa lebih tenang (45%), lebih rileks (41%), dan segar secara mental (38%).
Angka ini mencerminkan meningkatnya kesadaran masyarakat, terutama usia produktif, akan pentingnya memperlambat ritme hidup di tengah tekanan sosial dan digital yang semakin intens.
Kunci Slow Living yang Bisa Dimulai dari Rumah
1. Nikmati pagi tanpa terburu-buru
Begitu bangun pagi, hindari langsung mengecek ponsel. Duduk sebentar, tarik napas dalam, lihat ke luar jendela, rasakan udara dan cahaya pagi secara pelan-pelan. Ini sederhana, tapi bisa bantu mulai hari dengan lebih tenang.
2. Buat satu spot kecil untuk quality time
Nggak perlu ruang khusus. Cukup satu sudut di rumah yang nyaman, mungkin dekat jendela, ada kursi empuk, tanaman, atau bantal. Tempat buat baca, ngopi, atau sekadar duduk diam 10 menit pun cukup.
3. Ubah rutinitas jadi ritual sederhana
Misalnya nyeduh kopi atau teh. Biasanya sambil mikirin kerjaan atau nunggu jam meeting, tapi sekarang coba sambil fokus sama aromanya, rasanya, dan nikmati prosesnya. Simpel, tapi beda rasanya kalau dijalani dengan sadar.
4. Hindari over-stimulasi
Terlalu banyak suara, cahaya terang, atau terlalu banyak notif ponsel bisa bikin kepala makin penuh. Coba atur lampu agar tidak terlalu silau, pilih warna-warna cat dan pencahayaan yang kalem, dan aktifkan mode “jangan ganggu” di ponsel saat Anda butuh waktu untuk istirahat.
Manfaat Menerapkan Slow Living
1. Aktivitas seperti berkebun atau jalan santai terbukti bisa menurunkan stres dan memperbaiki mood.
2. Tinggal dekat ruang hijau (radius 300 meter) dapat mengurangi risiko kecemasan dan depresi, serta meningkatkan produktivitas dalam bekerja.
3. Kegiatan ringan sebelum tidur, seperti berkebun sore atau beres-beres ringan, bisa bantu tidur lebih nyenyak.
Rumah yang Mendukung Gaya Hidup Slow Living
![]()
Slow living bukan gaya hidup untuk semua orang. Tapi jika Anda berada di fase hidup di mana ketenangan, kualitas waktu, dan kesadaran diri mulai jadi prioritas, mungkin ini saat yang tepat untuk mencobanya.
Beberapa hunian seperti Leonora, Louise, atau Bellefont di Summarecon Serpong kini mulai menerapkan konsep ini, seperti hunian dengan taman depan rumah, layout multifungsi, area pedestrian hijau, dan dan layout rumah yang mendukung ritual pagi seperti membaca, yoga, atau sekadar menikmati udara segar.
Jika Anda sedang mempertimbangkan untuk membawa gaya hidup slow living ke dalam rumah yang sebenarnya mendukung ritme hidup tersebut, Anda bisa mulai dengan melihat referensi hunian yang sesuai di website resmi kami.
![]()
![]()
Lihat lebih banyak di www.summareconserpong.com atau hubungi langsung tim marketing kami via WhatsApp di 0878 60 688 699 untuk konsultasi lebih lanjut.
